ARI WULANDARI
Dosen PBSI - FKIP - Universitas PGRI Yogyakarta
Di Indonesia, jumlah pekerja produktif jauh lebih banyak yang terlibat dalam dunia kerja informal. Bidang pekerjaan informal ini sangat beragam. Semakin besar suatu kota dan semakin banyak jumlah penduduk, semakin beraneka macam pula keperluan pekerja informalnya.
Dalam industri kreatif, jumlah orang yang bekerja secara informal sebagai freelancer jauh lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang bekerja menetap dan menerima gaji bulanan. Ini karena sifat industri kreatif yang cenderung fleksibel, luwes, dan tidak menentu atau terus menerus. Kecenderungannya setiap satu pekerjaan besar atau satu proyek selesai, maka selesailah pula tugas semua tim kerja. Selanjutnya, mereka akan bekerja lagi bila ada pekerjaan lain yang menunggu. Kalau tidak, ya berarti mereka tidak bekerja atau menganggur.
Itulah sebabnya dalam dunia kerja, freelancer ini walaupun jumlahnya sangat banyak, sering kali terabaikan dalam hak-hak kinerja yang semestinya ditanggung oleh pemberi kerja. Mereka tidak memiliki nilai terhadap overtime atau lemburan, jaminan tenaga kerja, jaminan kesehatan, jaminan hari tua, asuransi kecelakaan kerja, tunjangan hari raya, dll yang semestinya diberikan oleh pemberi kerja kepada mereka yang bekerja menetap.
Baca Juga: Tidak Ada Unsur Pidana, Penyelidikan Temuan Beras Bansos Yang Terkubur di Depok Dihentikan
Kondisi inilah yang menyebabkan freelancer cenderung menjadi langkah cepat saja bagi sebagian orang yang bekerja. Kalau mereka bisa mendapatkan pekerjaan mapan dan menetap, mereka akan memilih meninggalkan pekerjaannya sebagai freelancer. Itu sebagian besar, meskipun juga tetap ada yang mau bekerja menetap dan tetap juga bekerja sebagai freelancer di waktu luang atau saat mereka tidak bekerja menetap.
Saya pribadi berlatar belakang kedua jenis pekerjaan, baik sebagai pekerja menetap atau sebagai freelancer. Namun kalau dihitung alokasi waktu, jam terbang saya sebagai freelance writer jauh lebih banyak daripada jam kerja saya ketika bekerja menetap sebagai book editor, script editor, maupun sebagai dosen. Boleh dikatakan, sejak belia saya sudah menjadi freelance writer yang dibayar sesuai dengan publikasi karya.
Jadi, dengan pengalaman tersebut; saya lebih gampang mengidentifikasi pengalaman dan tantangan sebagai freelance writer. Pekerjaan sebagai freelancer terlalu banyak tantangannya, tetapi ada banyak orang yang bertahan di dunia ini karena sifatnya yang luwes, fleksibel, dan lentur. Hitung-hitungan pembayaran dan biaya juga terasa lebih praktis dan realistis.
Baca Juga: Ol Pops Coffee Jl. Veteran 10 Bintaro, Hidden Gems Di Pinggir Jalan Raya
Sekurangnya, saya mencatat ada sepuluh tantangan kalau seseorang ingin berkarir sebagai freelance writer. Pekerjaan ini yang jelas menuntut disiplin dan dedikasi dari setiap pelakunya. Tanpa kedisiplinan pribadi, sulit sekali untuk bertahan di dunia ini.
Artikel Terkait
Citayam Fashion Week Diduga Disusupi LGBT
Citayam Fashion Week Diduga Promosi Gerakan LGBT, Begini Tanggapan MUI
Rawan Aksi Kriminalitas, Citayam Fashion Week Akhirnya Ditutup
Apresiasi Citayam Fashion Week, Puan Maharani Minta Pemerintah Daerah Perbanyak Ruang Publik
Sok Sibuk Atau Produktif?
Opini Sesat Pikir Tentang Equal Pay Yang Berteberan Di Internet
Diperiksa Terkait Kasus Penyekapan, Status Nindy Ayunda Masih Saksi
Tabungan Emas
Lagu "Sweet Caroline" Menjadi Lagu Pengiring Pesta Inggris Di Wembley
Equal Playing Field Dan Para Perempuan Yang Melampaui Batas dirinya Sendiri