Equal Playing Field Dan Para Perempuan Yang Melampaui Batas dirinya Sendiri

- Selasa, 2 Agustus 2022 | 22:16 WIB
Equal Playing Field  (Equal Playing Field )
Equal Playing Field (Equal Playing Field )

Opportunity, Equality, and Respect, adalah hal-hal mendasar yang saat ini mungkin sulit didapatkan untuk individu-individu yang teraleniasi di masyarakat khususnya pada kaum perempuan.

Jika saya mengambil sudut pandang dari kacamata laki-laki pada umumnya bahwa masih ada anggapan perempuan adalah manusia kelas dua di bawah laki-laki. Itu didasari dari kultur atau budaya konservatif dan patriarki yang selalu dianggap related di setiap zaman. Meminimalkan peran perempuan di berbagai sudut termasuk di masyarakat maupun politik. Ini diperparah dengan minimnya hak secara intelektual dan pendidikan, bagaimana khususnya di negara Indonesia mencatatkan kurang lebih 2 juta perempuan buta aksara jauh lebih besar dari laki-laki yang hanya setengahnya. Jika hak dasar perempuan tak terpenuhi bagaimana perempuan ingin berkarir dan menentukan pilihan hidup jika kesetaraan gender jauh dari setara!?

Walaupun ini pekerjaan begitu berat saya yakin perempuan-perempuan di dunia ini bisa menemukan cahayanya untuk berkembang dan maju jika adanya simpul-simpul kecil untuk mendistraksi bahwa perempuan mampu untuk setara dengan laki-laki. Setara dalam artian bukan untuk berkompetisi.

Di dunia sekarang yang sudah maju ini optimisme muncul ketika saya banyak menemui komunitas-komunitas akar rumput untuk perjuangan perempuan. Contohnya ada pada Equal Playing Field (EPF). EPF adalah inisiatif nirlaba untuk menantang ketidaksetaraan gender dalam olahraga untuk anak perempuan dan perempuan secara global.

Mereka memfokuskan pemberdayaan perempuan untuk memastikan dan mendapatkan rasa hormat, kesempatan dalam olahraga maupun kehidupan. menerapkan program pelatihan dan pemberdayaan akar rumput melalui kemitraan lokal dan internasional, dan melalui platform komunikasi dan advokasi globalnya.

Sumber pada web EPF menyebutkan kini melalui para pemain, pelatih, wasit, mentor, dan mitranya sejauh ini EPF memiliki perwakilan di 32 negara di 6 benua, semuanya didedikasikan untuk mengangkat seputar wanita dalam olahraga dan berdampak pada perubahan sejati di tingkat elit dan akar rumput.

Komunitas Equal Playing Field memainkan sepak bola di ketinggian pada puncak gunung Kilimanjaro, Tanzania
Komunitas Equal Playing Field memainkan sepak bola di ketinggian pada puncak gunung Kilimanjaro, Tanzania (Equal Playing Field )

Sekitar beberapa tahun terakhir saya cukup intens mengikuti pergerakan mereka di media sosial, program-program luar biasa apa saja yang mereka kerjakan. Kegaguman saya berawal ketika mereka mencoba melampau diri mereka. 34 dari 24 negara pada tahun 2017 mendaki dan mengadakan pertandingan sepakbola di puncak tertinggi Afrika Kilimanjaro, Tanzania dengan ketinggian 5,895mdpl, dan sebelumnya mereka juga memecahkan rekor bermain sepakbola di ketinggian terendah di Laut Mati, Yordania. Ide ini berawal dari Laura Youngson Co-founder EPF dari Inggris datang dengan inisiatif. Dia muak dengan semua ketidaksetaraan gender yang dia hadapi di tempat kerja dan di lapangan, jadi memutuskan sudah waktunya untuk melakukan sesuatu yang besar untuk meningkatkan kesadaran.

Tak terbayangkan bagaimana jika kita terlibat pada program mereka mungkin sebagian dari kita saat di puncak berpikir hanya ingin bersantai menikmati pemandangan, berfoto-foto untuk memberi makan Instagram ketika turun. Berpikir untuk bermain bola di puncak Kilimanjaro sana mungkin pikir-pikir dulu, bahkan bermain di ketinggian yang beresiko. Lihat saja Lionel Messi sebagai pro footballer pernah muntah-muntah saat bermain bola di Bolivia, di ketinggian 2000m, apalagi kita ini sebagai kaum dengan olahraga paling jarang itupun kalau ingat, dan jam tidur kita yang tak menentu.

Bagi saya EPF adalah salah satu media independen yang sangat proper bagi pemberdayaan perempuan dalam hal kesempatan. Pada tahun 2019 saat final WWC, EPF menggelar dan menjadi tuan rumah di Lyon bagi 150 pemimpin internasional sepakbola dan olahraga wanita. Perihal membuka forum diskusi untuk fisiologi atlet wanita, hak komersil, dan profesionalisme sepakbola wanita. Pada tahun selanjutnya November 2020 lalu EPF bermitra bersama Guinness World Records mendukung Deena Rahman salah satu mantan pesepakbola pro yang sempat bermain di Fulham dan berasal dari Bahrain, untuk memecahkan rekor mengeksekusi pinalti selama 24 jam dan disiarkan secara eksklusif di kanal Youtube EPF. Ini adalah bentuk solidaritas perjuangan perempuan di seluruh dunia untuk mendapatkan kesempatan, kesetaraan, dan rasa hormat.

Pada dasarnya saat ini Equal Playing Field (EPF) menjalin simpul-simpul pada banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) terbaru terkoneksi dengan Akademi Mabel Velarde Coba (Ekuador), Atoot (Nepal), Future Stars Academy (Tanzania), Somaliland Women’s Sport/Somali First (Somaliland), Girls United Football Association (Meksiko, Inggris), Spirit of Football (Jerman), The Sports Bra Project (AS), Right to Play and Reclaim Childhood (Yordania), Shining Stars FC (India), CONIFA, War Child (global), Motseeo FC (Lesotho), Pusat Olahraga dan Hak Asasi Manusia, serta lembaga-lembaga lainnya.

Kalian yang ingin mendukung dan mungkin ingin mengetahui tentang Equal Playing Field (EPF) lebih jauh, bisa berkunjung ke web EqualPlayingField.com di sana kita bisa melihat pergerakan mereka, program-program apa saja yang mereka garap. Jika ingin menonton film-film dokumenter atau wawancara mereka juga bisa mencari di YouTube dengan keyword “Equal Playing Field”. Kalian juga bisa terlibat untuk bantu tingkatkan kualitas lapangan bermain dengan melakukan donasi.

Jika pada akhirnya semua orang bersinergi untuk membangun kesetaraan dan berbagi kesempatan untuk semua gender, bisa dibayangkan betapa menyenangkannya sepakbola dan olahraga lainnya kembali ke pada marwahnya sebagai hiburan masyarakat. Kita bakal terhibur seperti ketika menonton ibu-ibu bermain sepakbola menggunakan sarung saat 17 Agustus, dan melihat kawan-kawan perempuan bermain dengan kemampuan seadanya saat class meeting di sekolah.

“We believe that any girl, anywhere has the right to opportunity, equality, and respect.

Halaman:

Editor: Hilda Arief

Sumber: Sepak bola

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Aktor Senior Eeng Saptahadi Tutup Usia

Senin, 22 Mei 2023 | 18:03 WIB
X