PenaBicara.com - stunting masih menjadi masalah kesehatan serius yang di hadapi Indonesia. Berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia di angka 21,6%.
Jumlah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 24,4%. Walaupun menurun, angka tersebut masih tinggi, mengingat target prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14% dan standard WHO di bawah 20%.
Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin mengungkapkan, angka stunting tersebut disebabkan berbagai faktor, salah satunya karena kurangnya asupan penting seperti Protein Hewani, nabati dan zat besi sejak sebelum sampai setelah kelahiran.
Baca Juga: Pengawas Ketenagakerjaan Gagalkan Keberangkatan 87 Calon PMI Nonprosedural
Hal ini berdampak pada bayi lahir dengan gizi yang kurang, sehingga anak menjadi stunting.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Kementerian Kesehatan mengkampanyekan pentingnya pemberian Protein Hewani kepada anak utamanya anak usia dibawah 2 tahun.
''Setelah bayi berusia 6 bulan harus rajin melakukan pengukuran, karena Selain ASI eksklusif juga ada makanan tambahan, kalau kurang Protein Hewani anaknya bisa stunting. Protein Hewani ini seperti susu, telur, ikan dan ayam,'' kata Menkes di Jakarta, Rabu 25 Januari 2023.
Baca Juga: Pemerintah Amankan PMI di Arab Saudi yang Viral di Media Sosial
Lebih lanjut Menkes menekankan bahwa cara tersebut efektif mencegah stunting pada anak karena Protein Hewani mengandung zat gizi lengkap seperti asam amino, mineral dan vitamin yang penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan adanya bukti kuat hubungan antara stunting dan indikator konsumsi pangan berasal dari hewan, seperti telur, daging/ikan dan susu atau produk olahannya (keju, yogurt, dll).
Penelitian tersebut juga menunjukan konsumsi pangan berasal dari Protein Hewani lebih dari satu jenis lebih menguntungkan daripada konsumsi pangan berasal dari hewani tunggal.
Baca Juga: Cegah Stunting, Presiden Jokowi Tekankan Pentingnya Kesiapan Lahir Batin sebelum Menikah
Sayangnya, meski bermanfaat untuk mencegah stunting pada anak, konsumsi protein per kapita masih tergolong rendah.
Data Susenas 2022 menunjukkan rata-rata konsumsi protein per kapita sehari 62.21 gram (diatas standar 57 gram), tetapi konsumsi telur dan susu 3.37 gram, daging 4.79 gram dan ikan/udang/cumi/kerang berkisar 9.58%.
Artikel Terkait
Kota Sorong Papua Barat Punya Posyandu Remaja, Deteksi Stunting Sejak Dini
Pemerintah Alokasikan Rp44,8 Triliun untuk Penurunan Stunting Tahun 2022
RUU KIA Menjadi Upaya Turunkan Kasus Stunting
Inovasi Minyak Makan Merah Jadi Alternatif Pencegahan Stunting
Papua Barat Komitmen Turunkan Angka Stunting
Ini Tiga Upaya Kemenkes Turunkan Stunting di Indonesia
Percepat Penurunan Stunting, Ini Langkah BKKBN Papua Barat
Kabupaten Sumedang Berhasil Turunkan Stunting Hingga 8,27 Persen
Presiden Jokowi Minta Pemda Turunkan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem
Cegah Stunting, Presiden Jokowi Tekankan Pentingnya Kesiapan Lahir Batin sebelum Menikah